Penyakit asma merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Meski demikian, pelbagai upaya dapat dilakukan untuk meminimalkan gejala-gejala yang muncul. Dengan perawatan yang baik dan benar, penderita asma dapat melakukan aktivitas sehari-hari layaknya orang normal.
Pada tahun 2002, NHLBI/WHO (National Heart, Lung and Blood Institute/World Health Organization) menerbitkan GINA (Global Initiative for Asthma) yang berisi panduan perawatan asma. Dalam panduan tersebut, dokter dan penderita asma dianjurkan mempelajari, memahami, serta melaksanakan "Tujuh jurus ampuh untuk mengatasi penyakit asma". Tujuh jurus ampuh tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyuluhan (edukasi)
Penyuluhan terutama ditujukan kepada penderita dan keluarganya. Dengan demikian, mereka dapat mengetahui seluk-beluk penyakit asma dan bisa menangani penyakit asma dengan cara yang tepat.
2. Mengenal Obat-obatan Asma
Agar dapat melakukan penanganan yang tepat saat terjadi serangan asma, kita harus mengenal obat-obatan asma, baik jenis, kegunaan, maupun efek sampingnya. Pada dasarnya, obat-obatan asma dibedakan menjadi dua jenis, yaitu obat untuk jangka pendek dan obat untuk jangka panjang. Obat jangka pendek (reliver) digunakan untuk menghentikan serangan asma dengan segera. Contoh obat jenis ini antara lain obat-obatan bronkodilator kerja cepat (misalnya salbuterol albulator, metaproterenol, terbutaline, dan procaterol), obat golongan anti cholinergik, teofilin kerja cepat, serta suntikan adrenalin atau epinefrin.
Adapun, obat jangka panjang (preventer/controller) digunakan untuk perawatan dan pencegahan serangan asma. Contoh obat asma jenis ini adalah kortikosteroid, cromoglycate, nedcromil, agonis B kerja lama, teofilin lepas lambat, dan leukotrien. Dari pelbagai jenis obat ini, pemakaian obat jenis inhalansia lebih banyak digunakan. Hal ini karena kerjanya cepat, dosisnya rendah, dan efek sampingnya kecil meskipun digunakan dalam jangka panjang.
3. Mengobati dan Mengelola Penyakit Asma
Pengobatan penyakit asma dilakukan baik saat mengalami serangan maupun di luar serangan. Saat di luar serangan, pengelolaan asma bisa dilakukan dengan pengobatan pencegahan dan olah raga. Olah raga yang ringan dan teratur dapat meningkatkan kesehatan serta fungsi paru-paru, sehingga gejala serangan asma dapat diminimalkan.
4. Memahami Faktor-faktor Pemicu Serangan Asma
Faktor-faktor pemicu serangan asma cukup banyak. Dengan mengetahui dan memahami setiap faktor maka penderita dapat berupaya menghindarinya. Dengan begitu, penderita dapat meminimalkan serangan asma.
5. Membuat Rencana Darurat (Action Plan)
Action plan sangat diperlukan oleh penderita, terutama saat mengalami serangan asma dan membutuhkan pertolongan secepatnya. Action plan berisi rencana-rencana atau tindakan-tindakan yang bisa dilakukan apabila terjadi serangan asma. Pembuatan action plan ini dapat melibatkan keluarga dan dokter. Dengan action plan yang tepat, dampak buruk yang diakibatkan oleh serangan asma dapat ditekan.
6. Rehabilitasi dan Peningkatan Kebugaran Jasmani
Penderita asma sering mengalami sesak napas, sehingga sebagian otot saluran pernapasan bekerja lebih berat dibandingkan otot lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan pembesaran otot pada saluran pernapasan, sementara otot lain yang jarang digunakan akan melemah. Dengan olah raga teratur, otot pernapasan akan kembali berfungsi normal. Selain itu, kapasitas vital paru-paru dan kebugaran jasmani secara umum juga akan meningkat.
Penderita asma sebaiknya melakukan olah raga yang ringan. Itu pun sebaiknya tidak dilakukan seorang diri, akan tetapi di bawah bimbingan dan pengawasan orang lain. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi serangan asma mendadak.
7. Memantau Perkembangan Penyakit Asma Secara Teratur
Dengan melakukan konsultasi dokter secara teratur, penderita dapat menjadikannya sebagai sarana evaluasi untuk mengetahui keadaan penyakit yang diderita. Sebagai contoh, dokter dapat menilai apakah obat yang dikonsumsi perlu ditambah, dikurangi, diganti, atau bahkan dihentikan.